Intelektual dan Perkembangan Zaman
![]() |
Jho Lau (Mahasiswa Fakultas Hukum UBK) /Verbi Jakarta Pusat.com |
Jakarta, Verbivora.com- Intelektual yang sering kali dipandang oleh banyak orang atau khalayak umum sebagai seorang yang berpengetahuan tinggi dan sering kali dikaitkan atau diidentikan dengan tokoh-tokoh akademisi yang menghabiskan waktu dan tenaganya dalam melakukan berbagai penelitian, pengajaran di ruang-ruang kelas, serta pengabdian mereka pada ilmu pengetahuan, serta mereka yang dipandang sebagai seorang pemikir yang melahirkan berbagai macam pemikiran yang sifatnya positif progresif.
Edward Said yang merupakan salah seorang pemikir besar pada abad ke-20 yang beraliran postmodernisme yang puritan, dalam risalahnya yang jernih dan polemis melihat intelektual sebagai seorang tokoh, tokoh yang kemudian dikaruniai dengan bakat yang mampu mengekspresikan, mempresentasikan bakat, serta mengartikulasikan sebuah pesan, pandangan sikap dan yang mampu menghadapi ortodoksi dan dogma, serta menimbulkan sikap yang kritis dan tidak lagi mudah dikooptasi oleh siapapun.
Baca juga: Hidup Yang Dipersembahkan! Catatan Selayang Pandang Mengenang Yos Rahawadan
Julianda benda yang melihat intelektual sebagai seorang yang melepaskan diri dari jebakan semangat dan sentimen kolektif atau collective passions dan memberi nilai-nilai transendental yang dapat diterapkan secara universal pada segala bangsa. Dalam rumusan julianda benda intelektual adalah adalah orang-orang yang pada dasarnya tidak mengejar tujuan-tujuan praktis, tetapi mencari kebahagiaan mereka dalam seni, ilmu pengetahuan, dan spekulasi-spekulasi metafisis, yaitu dalam mendapatkan keuntungan-keuntungan non-materiil. Merekalah orang-orang yang dengan keberaniannya mengatakan bahwa "kerajaanku bukan dari dunia ini".
Dalam pembicaraan mengenai intelektual tentunya seorang tokoh seperti Antonio Gramsci tentu tidak akan dilupakan. Seorang pemikir yang sempat ditangkap oleh Rezim Mussolini pada tahun 1930 tersebut, menganggap bahwa pada dasarnya semua orang yang dilahirkan merupakan seseorang yang intelektual, akan tetapi tidak semua orang menjalankan peran serta fungsi dari intelektual.
Dalam pandangan Antonio Gramsci ada dua golongan yang menjalankan fungsi dari intelektual yaitu golongan yang disebut sebagai intelektual tradisional yang merupakan orang-orang yang menjalankan perannya yang sama dari waktu ke waktu, serta dari generasi ke generasi tanpa banyak mempersoalkan apa yang sebenarnya dilakukannya.
Bentuk kedua dari orang yang menjalankan fungsi intelektual dinamakan olehnya sebagai intelektual organik yang terikat dan berafiliasi dengan kelas sosial tertentu, atau dengan organisasi-organisasi besar dalam ekonomi dan politik, dan bertugas mengorganisasikan kepentingan kelas atau kepentingan organisasinya, berusaha mendapat kekuasaan yang lebih besar, sambil memantapkan pengaruh yang lebih luas. Dalam hal ini intelektual organisasi bukan menjaga masyarakat apa adanya akan tetapi membawa masyarakat sebagaimana mestinya.
Pandangan-pandangan yang dikemukakan oleh para pemikir-pemikir tersebut telah menjadi sebuah gebrakan besar yang mengubah pandangan umum dalam hal memandang siapa sebetulnya intelektual itu.
Perkembangan dunia yang semakin maju yang ditandai dengan teknologi-teknologi modern yang sangat canggih, telah mengubah cara beraktivitas sosial masyarakat dalam banyak hal. Perubahan cara beraktivitas masyarakat tersebut yang tidak hanya membantu manusia dalam setiap kebutuhannya tetapi juga telah menghapus sekat-sekat ruang antara manusia.
Baca juga: Tertidur Karena Bodo Amat
Kemajuan perkembangan dunia yang tidak hanya meliputi lahirnya berbagai teknologi yang canggih tapi juga telah menciptakan era globalisasi dimana aktivitas-aktivitas manusia tidak hanya meliputi dan tercakup dalam sebuah region state tertentu akan tetapi aktivitas manusia telah melampaui batas-batas region state (universal) dalam segalah hal. Tentunya aktivitas manusia dalam dunia globalisasi saat ini tidak bisa dipungkiri banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat tersebut.
Dalam hal ini apakah kemudian seorang pencipta teknologi-teknologi yang canggih tersebut dikatakan sebagai seorang yang intelektual?.
Dalam pandangan Antonio Gramsci bahwa ada dua macam intelektual yang melakukan fungsi intelektual yaitu intelektual tradisional yang diberi contoh seperti seorang guru, administrator, para imam dan rohaniawan, serta pemimpin agama, dan intelektual organik yang dicontohkan olehnya seperti teknisi dalam industri, konsultan bisnis dalam perusahaan besar, penasihat politik untuk penguasa politik, ahli strategi dan ahli persenjataan dalam militer, dan ahli periklanan dan public relations.
Dari dua bentuk konsep intelektual yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci tersebut maka tidak sukar lagi kita mengatakan bahwa para pencipta teknologi-teknologi tersebut sebagai seorang intelektual. Mereka intelektual yang bukan hanya menjaga masyarakat apa adanya akan tetapi intelektual yang membawa masyarakat pada keadaan sebagaimana seharusnya (intelektual organis).
Bahwa memang tidak dapat dipungkiri kemajuan dunia sekarang ini tidak bisa dilepaskan dari peran para technopreneur-technopreneur yang ada. Tapi perkembangan teknologi juga tidak boleh kemudian berdiri dan berjalan sendiri tanpa harus didampingi oleh para intelektual-intelektual dari bidang lainnya.
Yang dimaksud dengan ini adalah elaborasi interdisipliner sehingga saling topang menopang agar para technopreneur-technopreneur tersebut tidak terjebak dalam kemelekatan pada teknologi sehingga akan menimbulkan situasi yang tidak semestinya.
-Jho Lau (Mahasiswa Fakultas Hukum UBK)
Posting Komentar untuk "Intelektual dan Perkembangan Zaman"